Minggu, 02 Agustus 2015

Serba-serbi Jelajah Sepeda Papua

Sangat banyak keunikan telah tersaji pada aktivitas Jelajah Sepeda Papua yang diselenggarakan Harian Kompas antara tanggal 3 setelah 7 Juni 2015. Pada perjalanan sejauh 513 kilometer yang dibagi jadi lima etape tersebut, berbagai hal menarik dilakukan pesepeda dalam tanah Papua. Berbagai di antaranya yaitu:

Ular di jalan

Seandainya pada Jawa kita dominan menjumpai tikus, ayam juga kambing berkeliaran dalam jalan atau berwujud bangkai di bertemu aspal, dalam jalanan Papua yang sangat banyak tampak merupakan anjing, babi, serta ular. Babi serta anjing berkeliaran bebas dalam artikel rumah-rumah. Anjing-anjing itu suka satu kali mengejar pesepeda sambil menyalak akhirnya mencetak pesepeda gowes terbirit-birit. Selain kedua hewan itu, ada dengan makhluk lain yang gemar menyeberang cara: ular. Keuntungan hewan itu lebih berulang berhadapan sudah jadi bangkai, meski berada begitu juga yang melenggang di jalanan di keadaan hidup. Untungnya lagi ular tidak suka mengejar pesepeda seperti anjing.

Meski ular pada alternatif merupakan pemandangan yang merisaukan kepada sebagian orang, tapi ular-ular python yang dipelihara di Koramil Bonggo, Papua, justru menghibur segala pesepeda yang ingin mengelusnya. Saat semua pesepeda bermalam di post koramil, ular-ular phyton, burung kakatua, dan burung nuri menjadi teman yang acap dijadikan obyek foto selfie.

Burung-burung Eksotis

Papua populer dan burung cendrawasihnya. Namun kini bukan hanya burung itu yang di perhatikan pada perjalanan bersepeda di Papua. Segala yang terlihat merupakan burung-burung enggang berwarna hitam juga paruh besarnya. Lalu berada beraneka macam alap-alap. Burung-burung lain dengan ada, tetapi hanya terdengar suaranya.

Bagaimana dan cendrawasih? Burung-burung itu kami jumpai dalam perjalanan diantara Bonggo serta Sentani, dengan di Sota, perbatasan RI serta Papua Nugini. Sayang semuanya di bentuk awetan, yang dijual pada pinggir alternatif. Saat ditanya berapa harganya, sosok penjual menyatakan angka Rp 800.000.

Jejak Pinang Sirih

Saat menginjakkan roda sepeda dalam Papua, semua pesepeda menjumpai bercak-bercak kemerahan dalam berbagai lokasi. Bagus pada jalanan, pada halaman rumah, bahkan pada tembok-tembok kantor. Kini bercak-bercak itu datang dari ludah yang mengunyah pinang dengan sirih. Dominan orang pada Papua, pria serta wanita, mengunyah pinang. Gigi dan bibir mereka menjadi kemerahan, demikian pula serta ludahnya, yang seandainya dibuang, bakal mendapat bercak dalam mana-mana.